Lagi, suporter salah satu klub sepakbola Indonesia tewas.
Masih hangat berita tentang 3 suporter yang tewas dikeroyok saat laga Persib Bandung dengan Persija Jakarta di Gelora Bung Karno 27 Mei 2012 tepatnya seminggu yang lalu. Lagi-lagi pertandingan yang melibatkan klub Persija menelan korban jiwa. Kali ini seorang Bonek, sebutan bagi suporter Persebaya, tewas terinjak-injak dalam kericuhan yang terjadi di Gelora 10 Nopember Tambaksari Surabaya.
Masih belum jelas apa yang menjadi penyebab kericuhan usai pertandingan Persebaya Surabaya melawan Persija Jakarta tersebut, tetapi tentu peristiwa ini menjadi pukulan yang sangat berat bagi persepakbolaan Indonesia. Bagaimana tidak? Kericuhan antar suporter sudah menjadi budaya tersendiri dalam sepakbola Indonesia. Belum lagi, para pemain yang gemar rusuh dalam menjalankan aksinya di lapangan hijau. Fairplay di negeri saya ini sepertinya sudah pergi entah kemana.
Masalah fairplay juga ternyata bukan satu-satunya permasalahan yang dihadapi oleh sepakbola negeri ini. ada masalah yang tak kalah hebat menimpa persepakbolaan kita. Ya, dualisme kepemimpinan. Awalnya memang hanya ada satu kepemimpinan yang terdaftar pasca lengsernya zaman Nurdin Halid sebagai ketua PSSI yakni Djohar Arifin. Tetapi ternyata banyak yang kecewa atas kepengurusan PSSI di bawah naungan Djohar Arifin ini sehingga muncullah Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) yang diketuai oleh La Nyalla Mattalitti. Alhasil terdapat dua liga dengan level sejajar di negara saya yang kacau ini.
Permasalahan dualisme kepemimpinan dalam persepakbolaan Indonesia ini mendapat perhatian khusus dari FIFA. Bila tak segera diselesaikan, FIFA sepertinya tak tanggung-tanggung untuk memberikan hukuman berat bagi kelangsungan sepakbola di Indonesia.
Tapi saya pribadi berharap, FIFA memang memberikan hukuman tersebut. Ya kali para pemimpin, pemain, dan suporter bisa lebih instropeksi diri bahwa mengedepankan ego masing-masing itu hanya mengakibatkan kerugian.
Sepakbola hanyalah sebuah olahraga, tidak perlu dicampuri dengan urusan politik, dendam masa lalu, dan obsesi berlebihan untuk menang. Just enjoy the game, junjung tinggi perdamaian, bravo sepakbola Indonesia!